Terima Kasih Telah Berkunjung Kesitus Pribadi Saya (ANTO ZAINAL)

Adakah yang peduli saat kita MATI ???

Jumat, 30 Juli 2010

pikiran ini terus berada di benak untuk beberapa saat, terpikir ketika hendak tidur dan membuat gw terbangun untuk menuliskannya...

Mpok Lea, sebutlah namanya begitu, beliau adalah seorang staf rumah tangga di kampus tempat gw bekerja.
Orangnya walaupun subur, tapi sangat gesit. Nggak pernah nolak atau bermalas-malas saat disuruh apapun.
Dedikasinya luar biasa tinggi terhadap tempat kerjanya.

Setiap hari, pukul setengah enam pagi sudah berada di tempat kerja.
Setengah enam pagi! dikala sebagian manusia baru mulai memanaskan mobilnya, atau sedang menunggu di halteu bis kota, atau sedang berdesakan di metromini, atau baru selesai mandi, atau bahkan masih terlelap di selimut nan hangat, Mpok Lea sudah menyapu dan mengepel tempat kerjanya.

Sungguh dedikasi yang luar biasa, padahal jam kerja beliau harusnya dimulai pukul setengah tujuh pagi. Terbayang, jam berapa beliau berangkat dari rumah yang berada di pinggiran kota Bengkulu. Sepertinya sehabis sholat subuh, beliau segera beranjak bekerja. Luar biasa.

Beberapa hari yang lalu, kabar duka tersiar di seluruh pelosok kampus.
Suami Mpok Lea meninggal. Segera, pagi harinya beberapa perwakilan dari kampus beranjak untuk ta'ziah ke tempat beliau di sela kesibukan kampus di hari pertama kuliah.

Tipikal daerah pinggiran kota yang seharusnya membuat penduduk bersahabat, jauh dari gaya metropolitan yang loe-loe, gw-gw.
Namun, apa yang terjadi?
Ketika rombongan kami tersesat tak jauh dari rumah Mpok Lea, dan memutuskan untuk bertanya pada seorang lelaki paruh baya, berkopiah, seperti pulang ta'ziah.
Bertanya, dimana rumah Mpok Lea yang sedang berduka. Lelaki tersebut tampak bingung, tak mengenal orang yang dimaksud dan bertanyalah pada seorang Ibu yang sedang asik memotong rumput di halaman rumahnya.
"Oh, Si Lea, itu rumahnya deket situ. Paling bentar lagi dimakamin (suaminya)" Saut sang Ibu.

Astaghfirullah.....
mungkin kalimat itu yang terucap dalam hati mendengar jawaban ringan si Ibu tadi.
Yup, ternyata memang sudah dekat jarak dari tempat bertanya ke rumah si Mpok. Dan masih dalam jangkauan status "tetangga" dengan si Bapak paruh baya dan si Ibu yang memotong rumput. Segitu cueknya mereka ada tetangga yang meninggal?

Dan, berlanjut saat iring-iringan keranda jenazah untuk dibawa ke pemakaman, rombongan kampus yang tak seberapa rupanya menjadi mayoritas pengantar jenazah.
Jalanan dari rumah menuju pemakaman yang tak seberapa jauhnya, terlihat lengang dan sepi.

Namun, ketika kembali ke rumah, sepanjang perjalanan yang sama, tiba-tiba terlihat Ibu-ibu dan warga lain di depan rumahnya masing-masing dengan kesibukan sehari-hari yang gak penting.

Heeyyyy...
pada kemana tadi ya warga-warga itu ketika rombongan pengantar jenazah lewat???

Astaghfirullah....
Sepertinya tidak ada yang peduli ada tetangganya yang meninggal. Sepertinya, bahkan mereka tidak mengenal siapa tetangganya yang sedang berduka.

Mpok Lea, orang yang berdedikasi tinggi di "mata" tempat kerjanya, ternyata bukan siapa-siapa di lingkungannya. Setiap hari dia berangkat pagi buta, membuatnya tidak dikenal di lingkungannya, dan ketika dia berduka bahkan tak ada yang tahu ada apa.

Astaghfirullah....
Astaghfirullah....
Astaghfirullah....

Inikah cermin diri kita? Berjuang setiap hari untuk perusahaan tempat kita bekerja, dengan tujuan utama untuk menghidupi keluarga, namun dengan terpaksa melupakan bahwa kita adalah bagian dari masyarakat.
Bagian kecil yang seharusnya tetap menjaga keseimbangan.

Inikah cermin diri kita???
Adakah yang peduli saat kita MATI??
Adakah yang mau dengan ikhlas mengantar jenazah kita sampai ke liang kubur?
Atau, adakah yang mau sekedar menyampaikan berita duka kepada orang-orang yang kita kenal, tentang kematian kita???

Astaghfirullah.

agar kita lebih dihargai orang lain


Biasakan untuk memberi dan berbagi. Hal ini bisa dimulai dari hal yang sepele. Saat kita punya makanan kecil, paling tidak tawari teman kita (jangan pelit ya gan). Kalau toh makanannya sedikit, usahakan jangan makan di depan teman-teman kita. Sikap seperti ini menunjukkan bahwa kita peduli dengan sekeliling kita dan menjaga perasaan orang lain.

Biasakan rendah hati dan jangan terlalu membanggakan diri sendiri atau keluarga di setiap obrolan dengan teman. Memang wajar kalau kita merasa bangga dengan diri kita, tetapi kalau terlalu sering melakukannya kita akan dicap sombong dan tinggi hati. Akuilah dan hargailah kelebihan orang lain karena dengan begitu kita akan terbiasa berjiwa besar dan berlapang dada.

Antara sedekah dan keikhlasan

Urusan sedekah adalah urusan hati dan keikhlasan setiap umat di dunia. Ada yang merasa bahwa setiap harta yang ia terima adalah milik sekaligus hak pribadinya dan tidak untuk siapa-siapa apalagi untuk dibagi-bagikan.

Naudzubillahmindzalik.., namun ada banyak juga berpendapat bahwa setiap harta yang diterimanya adalah titipan Allah swt semata dan wajib disedekahkan kepada yang berhak.

Bagi hamba Allah yang merasa bahwa semua harta serta kedudukan adalah titipan, dengan jiwa yang besar dan hati yang tulus ikhlas akan mengeluarkan kewajibannya, walaupun apa yang dia cintai dia korbankan, walaupun dalam keadaan tak punya apapun dan terbelit kemiskian, akan tetap rela memberikanya demi mendapat Ridho Allah SWT.

Aku masih dalam taraf belajar tentang keimanan apalagi soal sedekah, aku hanya ingin berbagi cerita betapa Keajaiban Sedekah itu benar-benar ada dan Allah sungguh Maha Kaya dan Pemurah. Minggu siang, tak seperti biasa aku menyalakan TV, ketemulah salah satu TV Swasta yang menayangkan acara Keajaiban Sedekah, Tausyiah dibawakan oleh Ust. Yusuf Mansur dengan gaya bahasa sederhana, mudah dipahami, dibumbuhi bahasa gaul ala betawi, mudah dicerna, enak didengar dan langsung masuk dan mengena direlung hati yang dalam.

Dalam salah satu episodenya diceritakan mengenai seorang pemuda pengangguran yang sudah sekian tahun belum juga mendapatkan pekerjaan. Ada rasa gelisah ketika diri tak jua mendapatkan pekerjaan yang tetap. Malu rasa hatinya ketika setiap hari, untuk kebutuhan makan sehari-hari masih saja bergantung kepada orang tua dan kakak-kakaknya.

Suatu saat, di saat semuanya terasa begitu mendesak, dia bernadzar. Satu kalimat meluncur begitu saja dalam perkataannya. "Bila suatu saat nanti mendapat pekerjaan, saya tidak membutuhkan uangnya. Yang penting saya bekerja", begitu nadzarnya. Ia telah memasrahkan diri kepada keputusan Allah dengan tetap menjalankan apa yang dianggap perlu. Bermodal ijazah SMA yang telah lusuh, ia mencoba mengirimkan lamaran ke pintu-pintu perusahaan. Pekerjaan apa saja, yang penting masih ada lowongan yang tersedia. Asal bisa bekerja, mungkin itu yang ada dalam pikirannya.

Singkat cerita, akhirnya ia mendapat panggilan kerja. Ketika menghadap dalam sesi wawancara, ia pun diterima. "Tak perlu membuat CV dan cukup KTP saja, anda bisa langsung kerja. Dan tempat kerja anda bisa di lantai 1, 8, atau 10 di ruang mana saja. Anda kami terima sebagai office boy," begitu penjelasan sang pewawancara. Hari-hari melelahkan ia jalani dengan gembira. Karena, ia sangat bersyukur akhirnya mendapatkan pekerjaan juga. Dan yang kedua karena ia diterima tanpa perlu persyaratan khusus.

Satu bulan kemudian, pemuda tersebut gajian. Dia ingat akan janjinya bahwa dia tidak membutuhkan uang hasil dari gajinya, hanya pekerjaan saja. Sempat bimbang sesaat, begitu uang gaji telah ia terima penuh. Apakah ia harus menunaikan nadzarnya dahulu. Ataukah bisa dibayar setengahnya saja dulu.

Namun karena ia merasa telah dipermudah oleh-Nya, dalam mendapat pekerjaan, maka dengan jiwa besar, uang hasil keringatnya selama sebulan disumbangkan kepada kaum dhuafa. Dan hari pun berganti, Allah Maha Pemurah, Maha Pengasih. Siapa sangka pemuda yang bekerja sebagai office boy tersebut telah ber-'gaji' hampir 8 juta - 10 juta per bulan.

Tapi tunggu dulu, dari mana penghasilan sebesar itu ia dapat? Ternyata, Allah memberikan rizki atasnya dari segala arah. Salah satu contohnya, saat pemuda tersebut disuruh membeli mie ayam beberapa porsi, si penyuruh memberikan uang Rp 200 ribu, dan kembaliannya diberikan ke pemuda office boy tersebut. Dan selalu saja ada rejeki yang datang tak disangka-sangka. Allah Maha Kaya dengan segala sifat kebesaran-Nya. Sekali lagi, sedekah adalah urusan hati dan keikhlasan yang lahir dari kebesaran jiwa.

-------------------------------------------------------------------------------------
3 permohonan doa dari orang-orang yang meninggal dunia

Ya Allah, seandainya aku diberi kesempatan satu kali saja, aku akan melaksanakan sholat sunnah.
Ya Allah, seandainya aku diberi kesempatan satu kali saja, aku akan terus mengucapkan shalawat.
Ya Allah, seandainya aku diberi kesempatan satu kali saja, aku akan terus melaksanakan sedekah.
(Dikutip dari buku La Tansa)

Adakah yang peduli?


Jika kita perhatikan,di sekitar kita, banyak orang yang masih dianggap kurang mampu.Ada pengemis, pengamen, dan sebagainya.Mereka tiap hari bekerja keras hanya untuk mencukupi kebutuhan hidupnya..Mereka rela berpanas-panasan di jalan sepanjang hari hanya untuk mendapatkan sesuap nasi.Apakah ada orang yang peduli terhadap mereka?

Sementara itu,di sekeliling kita juga ada orang yang hidupnya sangat kaya.Semua kebutuhan mereka tercukupi, bahkan berlebih. Mereka tak perlu mementingkan tentang makanan, pakaian, dan lainnya.Mereka bisa bebas bermain dan sekolah.Namun,apakah merka peduli terhadap orang yang tidak mampu?

Tema-teman,di zaman globalisasi ini,sudah terdapat banyak perubahan hidup.Jika dulu orang bekerja secara bergotong-royong dan sukarela, sekarang harus dengan upah.Jika dulu orang yang memiliki sawah yang luas baru dianggap kaya, sekarang mempunyai mobil,motor,atau rumah yang mewah baru dianggap kaya.Namun,kita tidak boleh mengurangi kepedulian kita terhadap sesama kita.

Berbagi Saat Kita Mampu
Ya Tuhan penggenggam jiwaku Kumohon letakkan Dunia di tanganku dan Jangan Letakkan Dunia di Hatiku






Mira W - Matahari Di Batas Cakrawala


Ah, aku memang tolol! Tolol! Kalau tidak, masakan begitu gampang kuserahkan mahkotaku yang paling mahal kepada seorang pemuda seperti Darius. Hari – hari sekolahku di SMA memang menyenangkan. Piknik. Nonton. Disko. Kabur dari sekolah, bolos. Orang bilang aku cantik, menarik. Dalam usiaku yang baru tujuh belas, pemuda mana pun yang kuingingkan dapat kuperoleh dengan mudahnya. Kalau kemudian kupilih Darius, aku sendiri tidak tahu sebabnya.


Mungkin karena dia yang paling baik. Tidak brengsek. Tidak pernah keluyuran ke disko. Darius, laki – laki yang menyebabkanku hamil itu tidak mau bertanggung jawab dan pindah ke daerah lain. Kemudian, aku bertekad menggugurkan kandungan ini dan aku melakukannya dengan bantuan dukun karena permintaanku ditolak oleh dokter Irwan.

Download ebook Matahari Di Batas Cakrawala

0 komentar:

Info Kontak...Email : MUteBoy84@yahoo.co.id Hp :085231289040 Alamat : Jalinsum Ds. Muara Temiang. Merapi Barat. Lahat. Sum-Sel

Kenali Aku

Foto saya
"Low Profile Hight Porfomance", Lahat, Indonesia
"Nak Iluk Mumpung gi Tunggal, Lambat Di Urung kah becerai Jauh"