PUISI CINTA UNTUK RASULULLAH |
Duhai, mengapa nafas tak lepas bersama jeritan
Sesudahmu tiada lagi kebaikan dalam kehidupan
Aku menangis karena aku takut hidupku akan kepanjangan
Kala rinduku memuncak, kujenguk pusaramu dengan tangisan
Aku menjerit meronta tanpa mendapatkan jawaban
Duhai yang tinggal di bawah tumpukan debu, tangisan memelukku
Kenangan padamu melupakan daku dari segala musibat yang lain
Jika engkau menghilang dari mataku ke dalam tanah,
engkau tidak hilang dari hatiku yang pedih
Berkurang sabarku bertambah dukaku
setelah kehilangan Khatamul Anbiya
Duhai mataku, cucurkan air mata sederas derasnya
jangan kautahan bahkan linangan darah
Ya Rasul Allah, wahai kekasih Tuhan
pelindung anak yatim dan dhuafa
Setelah mengucur air mata langit
bebukitan, hutan, dan burung
dan seluruh bumi menangis
Duhai junjunganku,
untukmu menangis tiang-tiang Ka’bah
bukit-bukit dan lembah Makkah
Telah menangisimu mihrab
tempat belajar Al-Quran di kala pagi dan senja
Telah menangisimu Islam
sehingga Islam kini terasing di tengah manusia
Sekiranya kau lihat mimbar yang pernah kau duduki
akan kau lihat kegelapan setelah cahaya
Seseorang dengan kekuatan Takdir
Dengan izinNya, dia lahir
Bermisi suci memurnikan agamaNya
Mengembalikan kepercayaan umat padaNya
Selamanya di Dunia yang Fana
Di tanah-tanah tandus
Perkataannya menembus masa
Memuaskan umat yang haus
Akan kebaikan dari kejamnya dunia
Ketika ia belum menginjak kedewasaan
Yang Maha Kuasa memberinya kepercayaan
Dibersihkan hatinya oleh para pembantuNya
Kepercayaan yang tidak pernah disia-siakannya
Secepat angin, waktu berlalu
Ketika kebersihan hatinya memberontak atas segala yang terjadi
Hanya kepada Tuhannya ia mendekatkan diri
Begitu dekat hingga setiap desahan napasnya mengiringi berlalunya waktu
Malam yang kelam dan dingin itu
Tuhannya telah memberinya gelar teragung
Membuat tekadnya sekeras batu
Menegakkan agamaNya yang Agung
Ketika dimulainya Misi Suci itu
Para penentangnya bersilat lidah dengan pandainya
Mencoba meluluhkan hati pejuangNya untuk kembali
Kembali ke jalan yang mereka yakini benar
Namun, semua berlalu, dengan sumpah serapah
Ketika para manusia yang beruntung mulai memasuki kebenaran
Memang, tantangan menerjang bagai longsor batu
Tapi, tak terlintas pikiran menyerah pada masa
Ketika ditantang dengan jalan penuh kekerasan
Dihadapi dengan langkah penuh kelembutan
Tanpa bertumpahnya darah, mereka menang
Menang dengan indahnya yang bagai permata
Lama sejak peristiwa itu
Usianya kini mulai menua
Sudah tiba waktu terakhir untuk melihat dunia
Sudah selesai perannya dalam misi Suci itu
Saat dia menarik nafas terakhir
RahmatNya yang terakhir di dunia Fana
Teringatlah ia pada umatnya
Akankah umatnya akan berakhir dalam kafir?
Rasulullah SAW
Berabad-abad sudah berlalu
namun namamu masih melekat di hatiku
tak pernah aku bertemu atau berjumpa denganmu
tak pernah aku melihat langsung dakwahmu
namun sinar cahaya itu mampu menebus jaman dan ruang
menembus perbedaan di antara seluruh umat manusia
cahaya itu tak pernah redup sampai akhir zaman
Rasulullah SAW , begitu agung namamu
bergetar hati ini , menangis , rindu bertemu dengan mu
rindu pada suri tauladan yang kau berikan
rindu pada kesederhanaan dan kepedulianmu
rindu pada kedamaian yang kau ciptakan
Rasulullah SAW , rindu pada kepemimpinanmu
Cinta dan kasih sayang mu tiada tara
Rahmatan Lil Alamin , memang itulah dirimu
Umatmu sekarang banyak yang sudah menjauhi suri tauladanmu
banyak yang sudah berubah dari koridor garis awal
pun saya merasa demikian
Rasulullah SAW , aku rindu padamu
kami rindu padamu
Rasulullah Nabi Muhammad SAW
Aku yakin sinar yang kau bawa tak kan pernah padam
Allahumma Solli Ala Muhammad
semoga shalawat itu akan tetap berdengung
hingga akhir masa nanti
0 komentar:
Posting Komentar